Update:Senin, 20 Januari 2014
Oleh Unknown
Dapil DPRD Sulsel VIII Wajo-Soppeng
PERSAINGAN partai politik di dapil DPRD Sulsel VIII terbilang merata. Hampir seluruh partai memiliki caleg populis. Sayang, meski calegnya menonjol, dominasi partai cenderung merata. Sementara elektabilitas partai dibutuhkan untuk mendongkrakperolehan kursi di pemilu.
Manager Strategi Pemenangan Jaringan Suara Indonesia (JSI), Irfan Jaya menyebutkan, persainga di dapil yang memperebutkan 7 kursi DPRD Sulsel itu cukup kompetitif. Setidaknya hampir semua partai memiliki caleg populis.
Di Golkar misalnya ada A Haerani, Marzuki Wadeng (Wakil Ketua Umum III KONI Sulsel), Luthfi Qadir (Sekretaris PMI Sulsel), dan tak ketinggalan caleg incumbent A Tenri Atta Lantara.
Di Demokrat ada A Sulham Hasan, bekas calon bupati Pilkada Soppeng, 23 Juni 2010 lalu. Sulhan yang berpasangan dengan Supriansa kala itu kalah di posisi 3 besar dengan perolehan 18.912 suara. Selain itu, masih ada bekas caleg PAN, Selle Ks Dalle yang memperoleh 11.282 suara di Pileg 2009 lalu.
Sementara di NasDem ada bangsawan Soppeng, A Akbar Singkeyang lebih akrab disapa Puang Cambang. Dia adalah bekas anggota fraksi Golkar DPRD Soppeng selama beberapa periode. Pada Pileg 2009 lalu, 2 istri dan 5 anaknya maccaleg di DPRD Soppeng. Namun hanya putranya, Andi Takdir Akbar Singke yang lolos menjadi anggota DPRD Soppeng.
Di PDIP ada bekas caleg DPR RI A Anshari Mangkona. Pada Pileg 2009 lalu dia maju di dapil Sulsel II, namun tak lolos karena hanya mendulang 3.636 suara. Gagal ke DPR RI, Anshari banting setir ke DPRD Sulsel.
Partai lainnya juga memiliki caleg incumbent, misalnya PAN yang memiliki Doddy Amiruddin, PKB yang memiliki Anwar Sadat Bin Abdul Malik, dan Hanura yang memiliki Affandy Agusman Aris.
Irfan Jaya menjelaskan, secara figur pertarungan di dapil VIII sangat ketat. Hanya sayangnya, beberapa figur kuat tidak didukung oleh elektabilitas partai yang memadai.
“Pada pendekatan figur hampir setiap partai miliki caleg yang menonjol. Akan tetapi, pileg punya prinsip dasar yang berbeda dengan pilkada. Selain kekuatan figur, yang sangat menentukan adalah elektabilitas partai. Sehingga terkadang ada partai yang miliki caleg dengan kualitas figur yang baik, akan tetapi tidak didukung oleh elektabilitas partai yang memadai, akhirnya partai tersebut tidak mendapatkan kursi sama sekali,†kata Irfan Jaya.
Sepertinya, Bupati incumbent Wajo Andi Burhanuddin Unru yang juga Ketua DPD Partai Golkar Wajo tidak mampu mendongkak elektabilitas partai beringin disana. Begitupun Bupati incumbent Soppeng, Andi Soetomo juga sepertinya tidak memberi kontribusi berarti bagi partai pengusungnya PAN.
Karena meratanya persaingan parpol, kursi yang masing-masing bisa diperoleh parpol dari dapil ini diprediksi tidak lebih dari 1. Direktur Eksekutif Adiyaksa Supporting House (ASHo), Andi Muhammad Irfan AB memprediksi hal demikian.
“Yang bisa dapat kursi itu, berdasarkan hasil survei, saya prediksi untuk sementara Golkar bisa dapat 1 kursi, PAN juga 1 kursi, PKS 1 kursi, Demokrat 1 kursi, Nasdem 1 kursi, Gerindra 1 kursi, dan PPP 1 kursi,†kata Irfan AB.
Irfan AB membeberkan, hasil surveinya di dapil VIII sendiri menunjukkan bila elektabilitas parpol masih di dominasi oleh Golkar. Golkar memimpin dengan elektabilitas 50 persen lebih, disusul PAN 12 persen lebih, Demokrat 11 persen lebih, PKS 8 persen lebih, Nasdem 5 persen lebih, Gerindra 3 persen lebih, dan PPP dibawah 2 persen. Partai lain seperti Hanura, PKB, PDIP, PBB, dan PKPI, juga memiliki elektabilitas di bawah 2 persen. (M2)
Manager Strategi Pemenangan Jaringan Suara Indonesia (JSI), Irfan Jaya menyebutkan, persainga di dapil yang memperebutkan 7 kursi DPRD Sulsel itu cukup kompetitif. Setidaknya hampir semua partai memiliki caleg populis.
Di Golkar misalnya ada A Haerani, Marzuki Wadeng (Wakil Ketua Umum III KONI Sulsel), Luthfi Qadir (Sekretaris PMI Sulsel), dan tak ketinggalan caleg incumbent A Tenri Atta Lantara.
Di Demokrat ada A Sulham Hasan, bekas calon bupati Pilkada Soppeng, 23 Juni 2010 lalu. Sulhan yang berpasangan dengan Supriansa kala itu kalah di posisi 3 besar dengan perolehan 18.912 suara. Selain itu, masih ada bekas caleg PAN, Selle Ks Dalle yang memperoleh 11.282 suara di Pileg 2009 lalu.
Sementara di NasDem ada bangsawan Soppeng, A Akbar Singkeyang lebih akrab disapa Puang Cambang. Dia adalah bekas anggota fraksi Golkar DPRD Soppeng selama beberapa periode. Pada Pileg 2009 lalu, 2 istri dan 5 anaknya maccaleg di DPRD Soppeng. Namun hanya putranya, Andi Takdir Akbar Singke yang lolos menjadi anggota DPRD Soppeng.
Di PDIP ada bekas caleg DPR RI A Anshari Mangkona. Pada Pileg 2009 lalu dia maju di dapil Sulsel II, namun tak lolos karena hanya mendulang 3.636 suara. Gagal ke DPR RI, Anshari banting setir ke DPRD Sulsel.
Partai lainnya juga memiliki caleg incumbent, misalnya PAN yang memiliki Doddy Amiruddin, PKB yang memiliki Anwar Sadat Bin Abdul Malik, dan Hanura yang memiliki Affandy Agusman Aris.
Irfan Jaya menjelaskan, secara figur pertarungan di dapil VIII sangat ketat. Hanya sayangnya, beberapa figur kuat tidak didukung oleh elektabilitas partai yang memadai.
“Pada pendekatan figur hampir setiap partai miliki caleg yang menonjol. Akan tetapi, pileg punya prinsip dasar yang berbeda dengan pilkada. Selain kekuatan figur, yang sangat menentukan adalah elektabilitas partai. Sehingga terkadang ada partai yang miliki caleg dengan kualitas figur yang baik, akan tetapi tidak didukung oleh elektabilitas partai yang memadai, akhirnya partai tersebut tidak mendapatkan kursi sama sekali,†kata Irfan Jaya.
Sepertinya, Bupati incumbent Wajo Andi Burhanuddin Unru yang juga Ketua DPD Partai Golkar Wajo tidak mampu mendongkak elektabilitas partai beringin disana. Begitupun Bupati incumbent Soppeng, Andi Soetomo juga sepertinya tidak memberi kontribusi berarti bagi partai pengusungnya PAN.
Karena meratanya persaingan parpol, kursi yang masing-masing bisa diperoleh parpol dari dapil ini diprediksi tidak lebih dari 1. Direktur Eksekutif Adiyaksa Supporting House (ASHo), Andi Muhammad Irfan AB memprediksi hal demikian.
“Yang bisa dapat kursi itu, berdasarkan hasil survei, saya prediksi untuk sementara Golkar bisa dapat 1 kursi, PAN juga 1 kursi, PKS 1 kursi, Demokrat 1 kursi, Nasdem 1 kursi, Gerindra 1 kursi, dan PPP 1 kursi,†kata Irfan AB.
Irfan AB membeberkan, hasil surveinya di dapil VIII sendiri menunjukkan bila elektabilitas parpol masih di dominasi oleh Golkar. Golkar memimpin dengan elektabilitas 50 persen lebih, disusul PAN 12 persen lebih, Demokrat 11 persen lebih, PKS 8 persen lebih, Nasdem 5 persen lebih, Gerindra 3 persen lebih, dan PPP dibawah 2 persen. Partai lain seperti Hanura, PKB, PDIP, PBB, dan PKPI, juga memiliki elektabilitas di bawah 2 persen. (M2)